Jakarta, 17 Februari 2016. PT Shell Indonesia menyelenggarakan Shell Indonesia Technology Conference 2016 yang berlangsung pada 17 – 18 Februari 2016 di Jakarta. Acara ini mengangkat tema “Performing in a Challenging Economy through Technology Leadership” dan ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai berbagai kemajuan dan kepemimpinan Shell di bidang teknologi yang mampu mengatasi tantangan energi global termasuk di Indonesia melalui perencanaan skenario. Forum ini dihadiri oleh 150 peserta yang terdiri dari para pimpinan perusahaan terkemuka Indonesia dan juga para manajer dari berbagai industri.

Seperti kita ketahui, krisis ekonomi makro yang berkepanjangan telah menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang memicu terjadinya pergolakan politik dan meningkatnya tekanan sosial. Krisis juga telah memicu perpindahan kekuatan politik dan ekonomi dari barat ke timur serta menyebabkan perubahan dalam relasi berbagai institusi di dunia seperti G20 dan ASEAN. Tekanan juga terjadi pada sumber makanan, air dan energi dunia. Meningkatnya populasi dunia dan urbanisasi adalah faktor utama yang memberi tekanan kepada sumber energi di dunia 

Dian Andyasuri, Director of LubricantShell Indonesia mengatakan, “Forum ini akan membantu pebisnis untuk memahami bagaimana tantangan energi yang dihadapi dunia termasuk Indonesia dan mengetahui kepemimpinan Shell dalam Teknologi di bidang energi termasuk pelumas yang dapat meningkatkan kinerja bisnis. Selain itu, forum ini juga akan memberikan gambaran mengenai bagaimana perencanaan skenario Shell dapat membantu memberikan berbagai solusi energi yang berbeda untuk setiap negara dengan cara dan waktu yang berbeda.”

Sementara itu, Menteri Perindustrian RI Saleh Husin mengatakan bahwa, “Kami menyambut baik inisiatif pihak Shell Lubricants Indonesia yang menyelenggarakan forum dialog ini sebagai ajang berbagi informasi mengenai kemajuan teknologi di bidang energi agar kita bersama-sama dapat menghadapi tantangan energi masa depan.” 

Kolaborasi Shell dengan beberapa pelanggan telah terbukti memberikan hasil yang positif berupa penghematan biaya operasional. Dr. Andrew Hepher, Vice President, Shell Global Commercial Technology dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa Shell tidak hanya menawarkan produk namun juga memberi layanan teknis yang akan membantu pelanggan mendapatkan semua yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Mulai dari survey tentang kebutuhan industri, memberi rekomendasi produk yang terbaik, memantau kinerja melalui data riil dan akhirnya membuat rekomendasi untuk meningkatkan kinerja bisnis pelanggan

Shell New Lens Scenarios

Pada tahun 2050 mendatang, populasi dunia diperkirakan akan mencapai 9 miliar atau naik dari 6,7 miliar saat ini. Sedangkan urbanisasi akan membawa 75% orang tinggal di kota pada tahun 2050, naik dari angka 2014 yang hanya 50% saja. Kondisi ini akan menyebabkan kebutuhan energi naik sebesar 3 kali lipat dari sekarang, sehingga diperkirakan akan menyebabkan kelangkaan energi. Padahal saat ini, ada 3 miliar orang yang tidak memiliki akses pada sumber energi modern.

Di sisi lain, dunia juga tengah berupaya keras untuk mengurangi emisi karbon CO2. Sehingga tantangan dunia ke depan bukan hanya menyediakan sumber energi yang lebih besar tetapi juga menyiapkan energi yang rendah karbon. Shell sebagai produsen minyak dan gas terkemuka dunia sejak lama telah bersiap untuk menghadapi ketidakpastian dan sejumlah tantangan energi global ini dengan menyiapkan sebuah model energi dunia. Model energi dunia ini digunakan untuk memahami perubahan dunia di masa mendatang dan digunakan Shell untuk menciptakanskenario yang akan membantu memahami bagaimana dampak tantangan ini bagi masa depan dunia. 

Skenario energi Shell dibuat dengan mempertimbangkan berbagai tren dan asumsi atas keadaan politik, ekonomi, sosial dan lingkungan yang telah diteliti secara mendalam. Ada dua skenario besar yang telah dibuat Shell yaitu Mountains Scenario dan Oceans Scenario. Melalui dua skenario ini, Shell melihat ada begitu banyak solusi energi yang berbeda untuk setiap negara dengan cara dan waktu yang berbeda.

Pada Mountains Scenario, kekuasaan masih terletak di tangan segelintir elite politik dan ekonomi, maka kebijakan yang dihasilkan bersifat dari atas ke bawah dan menempatkan gas sebagai tulang punggung sistem energi dunia pada 2030 mendatang. Sementara pada Oceans Scenario, kekuasaan muncul sangat jauh dari pusat pemerintah dan elit, maka kondisi ini memicu pertumbuhan ekonomi dan inovasi. Di sisi lain, kondisi ini memperlambat konsensus pembangunan di beberapa area. Pengembangan infrastruktur gas sangat lambat sementara peran minyak dan batubara lebih besar sebagai sumber energi sehingga berdampak pada lambatnya proses pengurangan emisi CO2.

Tantangan Energi Lokal

Asean Center for Energy mencatat bahwa Indonesia menjadi negara yang terbesar dalam kebutuhan energi di Asia Tenggara yaitu sebesar 44% dari total kebutuhan energi di kawasan ini. Disusul Malaysia dan Thailand yang masing-masing sebesar 23% dan 20%. Energi fosil diperkirakan akan mendominasi permintaan energi di kawasan ini yaitu sebesar 80%pada 2030 atau naik dari 76% pada 2011. Sektor industri akan mendominasi pertumbuhan permintaan ini dengan kenaikan sebesar 2,7%per tahun hingga 2035 mendatang. 

Sementara itu, Dewan Energi Nasional (DEN) menyebutkan bahwa total kebutuhan energi nasional Indonesia akan mencapai 2,41 juta SBM (Setara Barel Minyak) pada tahun 2025 mendatang. Jumlah ini naik sekitar 84% dari total kebutuhan energi nasional pada 2013 yang hanya mencapai 1,243 juta SBM. Saat ini, permintaan energi di Indonesia masih didominasi oleh energi fosil. Pada 2013, energi fosil menyumbang 94.6 persen dari total kebutuhan/konsumsi energi yaitu sebesar1.357 juta SBM. Sisanya, 5,5 persen dipenuhi dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Dari jumlah tersebut, minyak menyumbang 44,0%, gas alam 21,9%, dan batubara 28,7%. 

Sementara itu, hasil ekplorasi minyak di Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan energi nasional. Pada 2013, total konsumsi minyak nasional mencapai 425 juta barel terdiri dari minyak mentah (crude oil). Dari jumlah tersebut, sebesar 352 juta barel (233 juta barel dalam bentuk bahan bakar minyak/BBM) yang dipasok dari kilang minyak di dalam negeri. Sisanya, sebesar 192 juta barel diimpor dalam bentuk minyak mentah dan produk BBM. Kondisi ini disebabkan turunnya produksi dan terbatasnya kapasitas kilang di dalam negeri. 

Sektor transportasi khususnya angkutan jalan baik itu angkutan pribadi, umum (bis, kereta api), barang maupun sepeda motor diketahui menyedot hampir 88% dari pasokan BBM nasional, baik BBM bersubsidi maupun non subsidi. Jenis BBM yang paling banyak digunakan pada sektor ini adalah bensin dan solar.

Upaya pemerintah untuk mengatasi tantangan energi di atas adalah melalui himbauan untuk menghemat listrik, menggunakan transportasi umum dan mengurangi penggunaan bahan bakar yang sudah disosialiasikan sejak lama. Pemerintah bahkan telah mengeluarkan peraturan untuk mengatur penggunaan listrik dan bahan bakar yang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM RI No. 12 Tahun 2012 Tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak danPeraturan Menteri ESDM RI No. 13 Tahun 2012 Tentang Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik.

Solusi Teknologi dari Shell

Berbagai upaya yang dijalankan Pemerintah Indonesia untuk mengatasi tantangan energi ke depan tidak akan mendapatkan hasil maksimal apabila dikerjakan sendiri. Diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan kalangan pebisnis/industri dan masyarakat luas termasuk kalangan akademisi guna menghadapi tantangan energi di masa mendatang. Shell sendiri menyakini pentingnya kolaborasi untuk bisa menghadapi tantangan energi global. 

Menurut Dian,”Kolaborasi dan teknologi adalah komponen penting untuk bisa mencapai perubahan yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan energi dunia di masa mendatang. Kami percaya bahwa kolaborasi antara pemerintah, kalangan pebisnis dan masyarakat luas adalah kunci sukses dari setiap usaha menghadapi tantangan energi di atas. Kerjasama lintas bisnis sangat diperlukan untuk bisa mengembangkan sebuah teknologi yang akan membantu kita semua memenuhi kebutuhan energi dan bisnis sekaligus pengurangan dampak negatif pada lingkungan.” 

Efisiensi energi memang telah meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir. Tetapi, angka efisiensi ini dapat lebih ditingkatkan lagi melalui investasi teknologi yang berkesinambungan dan kolaborasi antar industri manufaktur, transportasi, pembangkit listrik dan lainnya. Teknologi pelumas memainkan peranan penting dalam meningkatkan efisiensi energi sekaligus memperpanjang usia mesin. Melalui kerjasama antara Shell dan para pelaku bisnis yang ada di Indonesia, maka nilai tambah dari teknologi dapat dimaksimalkan dan secara tepat dapat memenuhi kebutuhan industri di masa mendatang.

Para pelaku bisnis akan terus menghadapi persaingan bisnis yang sangat ketat, baik pada masa sekarang maupun mendatang. Mereka dituntut untuk lebih fokus pada pengurangan biaya operasional dan menjamin bahwa investasi yang telah dikeluarkan mampu meningkatkan efisiensi perusahaan. Para pelaku bisnis otomotif akan fokus pada energi alternatif yang rendah emisi karbon, sedangkan kalangan industri lain akan memerlukan mesin yang dapat bekerja maksimal dengan konsumsi energi yang rendah. Adapun kalangan industri pembangkit listrik akan fokus pada pelumas yang mampu menjaga mesin bekerja maksimal dalam jangka panjang tanpa harus terputus untuk masalah pemeliharaan.

Dr. Andrew mengatakan bahwa dengan teknologi yang telah dimilikinya, Shell Lubricants dapat menawarkan solusi untuk membantu pelaku industri untuk mengatasi tantagan diatas.Teknologi pelumas yang kini dimiliki oleh Shell akan memberi dampak signifikan kepada setiap usaha pelaku industri untuk meningkatkan efisiensi energi, meningkatkan usia mesin karena mampu melindungi peralatan industri dari korosi. Tak kalah penting adalah kolaborasi antara Shell dan para pelaku industri yang akan menciptakan kinerja bisnis yang lebih baik. 

Kerjasama Shell dan sebuah perusahaan kontruksi di Indonesia telah menghasilkan penghematan sebesar US$22,915 per tahun karena masa penggantian pelumas dapat diperpanjang hingga 500 jam berkat penggunaan Shell Rimula R4 X. Selain itu, kolaborasi Shell dan Pama, perusahaan pertambangan juga mampu menghemat US$220,000 setahun karena perpanjangan waktu penggantian pelumas hingga 6.000 jam pada mesin hidrolik dengan menggunakan pelumas Tellus S3M 46 pada mesin hidroliknya.

Selain berkolaborasi dengan para pelanggan kami dari berbagai industri, Shell juga melakukan kerjasama teknis dengan para penggiat dunia balap international dan kelompok akademisi serta kalangan industri yang menjadikan Shell tetap terdepan dalam bidang teknologi,” tambahAndrew.

Untuk informasi lebih lanjut, foto atau wawancara, silahkan menghubungi:

Haviez Gautama

PT. Shell Indonesia, Talavera Office Park 22nd - 26th Floor

Jl. Letjen TB. Simatupang Kav. 22 – 26

Phone :+62 21 7592 4700

TENTANG SHELL INDONESIA

Shell Indonesia dengan 300 karyawannya menjalankan bisnis yang meliputi bisnis SPBU, pelumas (otomotif, industri dan transportasi), pelumas untuk perkapalan, bahan bakar untuk sektor bisnis dan industri dan juga aspal. Di sektor Hulu, Shell Indonesia merupakan operator PSC dari blok perairan dalam Pulau Moa Selatan dan partner strategis dari Inpex, operator Masela yang mencakup lapangan gas Abadi.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi www.shell.co.id

TENTANG PELUMAS SHELL

Istilah “Pelumas Shell” secara bersama-sama mengacu pada perusahaan-perusahaan dalam Grup Shell yang bergerak dalam usaha pelumas. Shell menjual berbagai macam pelumas untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dengan beragam penggunaan, yang mencakup otomotif pelanggan, alat angkut berat, pertambangan, pembangkit listrik, dan rekayasa umum. Portofolio merek pelumas Shell meliputi Pennzoil, Quaker State, Shell Helix, Shell Rotella, Shell Tellus, dan Shell Rimula. Kami berperan aktif di seluruh rantai pasokan pelumas. Kami memproduksi oli dasar di delapan pabrik; mencampur oli dasar dengan zat aditif untuk menghasilkan pelumas di lebih dari 50 pabrik; serta mendistribusikan, memasarkan, dan menjual pelumas di lebih dari 100 negara. Kami juga menyediakan dukungan teknis dan usaha kepada pelanggan kami. Selain rangkaian produk kami, kami juga menawarkan pelayanan yang berhubungan dengan pelumas, seperti: Shell LubeMatch – perangkat rekomendasi produk daring terkemuka, Shell LubeAdvisor – membantu konsumen memilih pelumas yang tepat melalui staf teknis Shell yang terlatih dan perangkat daring, dan Shell LubeAnalyst – sistem peringatan dini yang membantu konsumen mengawasi kondisi peralatan dan pelumas mereka, membantu menghemat biaya pemeliharaan dan menghindarkan pelanggan dari potensi kerugian usaha yang disebabkan kegagalan peralatan.Teknologi kelas dunia Shell berusaha memberikan produk bernilai tinggi kepada pelanggan kami. Inovasi, penggunaan produk, dan kolaborasi teknis merupakan inti dari pelumas Shell. Kami memiliki pusat-pusat penelitian pelumas unggulan di Tiongkok, Jerman, Jepang (dalam bentuk usaha patungan dengan Showa Shell), dan AS. Kami melakukan investasi besar dalam teknologi dan bekerja sama secara erat dengan pelanggan kami untuk menciptakan pelumas inovatif. Kami memiliki portofolio paten yang terdiri dari 150+ seri paten untuk pelumas, oli dasar, dan minyak; lebih dari 200 ilmuwan dan para teknisi pelumas didedikasikan untuk penelitian dan pengembangan pelumas. Manfaat yang diperoleh pelanggan adalah, antara lain, biaya pemeliharaan yang lebih rendah, umur peralatan yang lebih panjang, dan konsumsi energi yang lebih kecil. Salah satu cara kami menembus batas teknologi pelumas adalah dengan bekerja sama erat dengan tim balap motor terkemuka seperti Scuderia Ferrari dan BMW Motorsport. Kemitraan teknis ini membantu memperluas pengetahuan kami dalam bidang pelumasan dan menerapkan teknologi mutakhir dari arena balap ke produk komersial kami.