Langkah Efektif Mengurangi Emisi Karbon Dengan Carbon Asset Management
Temukan langkah-langkah efektif dalam mengurangi emisi karbon melalui manajemen aset karbon yang tepat. Pelajari strategi untuk mengelola dan mengoptimalkan aset karbon perusahaan Anda guna mencapai tujuan berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan negatif.
Selama beberapa dekade terakhir, berbagai negara dari seluruh dunia telah sepakat untuk menekan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer. Hadirnya karbon dioksida ini tidak lain disebabkan oleh proses pembakaran bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan serta menghasilkan listrik.
Di saat yang bersamaan, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh pembukaan lahan dan perambahan hutan untuk diambil kayunya atau sekadar untuk perluasan lahan pertanian.
Makanya, muncul istilah Climate Crisis atau krisis iklim yang terjadi karena panas bumi yang meningkat. Tidak heran jika terjadi perubahan iklim yang tidak menentu yang mengakibatkan banjir, kemarau panjang, kelaparan, bahkan ketidakstabilan ekonomi.
Carbon asset management merupakan langkah penting dan efektif untuk mengurangi emisi karbon dan menciptakan lingkungan yang lebih ramah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hal ini adalah dengan menggunakan fleet management.
Definisi Carbon Asset Management
Carbon Asset Management hadir sebagai salah satu solusi untuk permasalahan tadi. Sederhananya, Carbon Asset Management adalah konsep yang dirancang untuk mengendalikan dan menekan jumlah karbon dioksida.
Ada berbagai cara dan sistem yang dirancang, tidak hanya oleh individu, tapi juga perusahaan untuk menjalankan konsep ini sesuai dengan industri dan kebutuhan dari masing-masing pihak.
Dampak Positif Bagi Lingkungan
Karena fokus Carbon Asset Management untuk mengatasi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer, maka hal ini jelas berdampak positif bagi lingkungan dan bumi yang kita tempati.
Dari catatan berbagai peneliti disebutkan bahwa pada tahun 1750 terdapat 281 molekul karbon dioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbon dioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Beberapa peneliti bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2100, karbon dioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm.
Karbon dioksida yang berada di atmosfer jika dihirup dan masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan keracunan. Dalam kadar yang tinggi, karbon dioksida bisa berujung pada masalah kesehatan yang serius bagi manusia, terlebih lagi bagi seluruh makhluk yang ada di planet bumi.
Cara Menghitung Jejak Karbon dalam Sebuah Perusahaan
Jejak karbon dapat diukur dengan mengalikan unit operasional perusahaan yang menyumbang emisi karbon dengan faktor emisi (emission factor) yang spesifik.
Untuk diketahui, faktor emisi adalah nilai representatif yang digunakan untuk menghubungkan jumlah polutan yang dilepaskan ke atmosfer dengan aktivitas yang terkait dengan pelepasan polutan tersebut.[1]
Dalam hal ini, jumlah gram karbon dioksida (CO2) yang dipancarkan per galon bensin yang dibakar dapat ditentukan dengan mengalikan kandungan panas bahan bakar per galon dengan CO2 per kandungan panas bahan bakar.
Rumus perhitungan emisi karbon ini adalah 8,887 gram dari CO2 per galon bahan bakar dengan nilai 8.887 × 000,1 metrik tons CO2 per galon bahan bakar.[2]
Untuk mendapatkan jumlah jejak karbon, perhitungannya adalah jumlah bahan bakar dalam galon dikali 8.887 × 000,1 metrik tons CO2 per galon bahan bakar.
Untuk lebih jelasnya, berikut empat cara menghitung jejak karbon dengan menggunakan rumus di atas.
1. Identifikasi Operasional Bisnis
Perusahaan bisa melakukan identifikasi terhadap setiap operasi bisnis yang memancarkan gas rumah kaca ke atmosfer, seperti alat transportasi, alat pemanas, dan aktivitas bisnis lain yang mengonsumsi listrik atau energi, hingga pengelolaan limbah.[3]
Kemudian, tentukan metrik dari kegiatan operasional penyumbang CO2 untuk setiap operasi bisnis.
Sebagai contoh, untuk pengangkutan produk menghasilkan gas rumah kaca karena menggunakan bahan bakar fosil.
Metrik untuk menghitung konsumsi bahan bakar Anda umumnya adalah liter atau galon. Jika menggunakan liter, Anda dapat mengkonversikannya ke dalam liter untuk memudahkan dalam menghitung menggunakan rumus di atas.
2. Kumpulkan Data
Pengumpulan data dapat menjadi tantangan karena perusahaan melepaskan gas rumah kaca melalui aktivitas langsung dan tidak langsung.
Anda mungkin memerlukan data eksternal untuk menghitung jejak karbon perusahaan Anda secara akurat, seperti layanan konsultasi atau alat tertentu untuk mengukur jejak karbon.
Selain itu, Anda juga bisa menggunakan teknologi perencanaan sumber daya perusahaan (ERP) berbasis cloud untuk membantu menentukan emisi secara langsung karena menggabungkan data keuangan dan operasional waktu nyata pada satu platform.
Sebagai contoh, data pengeluaran perusahaan yang berhubungan dengan jejak karbon, misalnya konsumsi bahan bakar atau listrik, dapat digunakan untuk menghitung jejak karbon.
3. Tentukan Faktor Emisi Spesifik
Perhitungan emisi karbon berikutnya dilakukan dengan mengetahui jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan per galon bahan bakar.
Untuk menentukan faktor emisi spesifik operasional, akan lebih mudah jika Anda bekerja sama dengan perusahaan konsultan atau menggunakan alat berbasis cloud.
Selain itu, alternatif semacam itu dapat memberikan wawasan yang lebih baik tentang jejak karbon perusahaan Anda.
Sebagai contoh, penyedia data jejak karbon EPA menyediakan data emisi gas rumah kaca di seluruh Amerika Serikat (AS) per kilowatt-jam dari listrik yang dikonsumsi.
Di Indonesia, Anda bisa menggunakan platform Kalkulator Jejak Karbon untuk mengetahui jejak karbon yang dihasilkan dalam periode tertentu.[4] Platform ini cocok digunakan untuk individu dan kelompok.
4. Hitung dan Interpretasikan
Langkah terakhir cara menghitung jejak karbon adalah menghitung dan menginterpretasikannya.
Sebagai contoh, dari data yang dikumpulkan, dalam strategi manajemen operasional, armada Anda menggunakan 13.503 galon bahan bakar minyak untuk kendaraan operasional.
Perhitungan emisi karbon dapat diperoleh dengan mengalikan 13.503 galon bahan bakar minyak dengan 8.887 × 000,1 metrik tons CO2 per galon bahan bakar, yaitu 120 ton emisi CO2.
Setelah Anda mengidentifikasi area ini, Anda dapat menginterpretasikan jumlah jejak karbon untuk menguranginya dan meningkatkan efisiensi strategi manajemen operasional dalam pengelolaan aset armada perusahaan.
Seluruh proses penghitungan jejak karbon merupakan siklus perbaikan berkelanjutan. Proses ini berguna untuk manajemen jangka panjang dalam langkah-langkah perlindungan iklim.
Tak kalah penting, pengurangan emisi karbon oleh perusahaan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya perusahaan, memperkuat reputasi perusahaan, mematuhi aturan yang berlaku, memenuhi ekspektasi klien, hingga menarik audiens baru.[5]
Demikian informasi seputar Carbon Asset Management. Salah satu bidang penting terkait hal ini, yakni kendaraan operasional bisnis. Pasalnya, ada berbagai jumlah kendaraan yang digunakan untuk aktivitas bisnis sehari-hari tidaklah sedikit. Dalam dunia transportasi dikenal dengan istilah Sustainable Fleet Solutions.
Sustainable Fleet Solution secara sederhana adalah strategi yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan melalui kombinasi kendaraan dan bahan bakar yang lebih bersih dan lebih hemat, seperti Shell. Seperti yang disebutkan sebelumnya, jejak karbon melalui kendaraan yang dihasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi.
Ada beberapa strategi Fleet Sustainability yang sering dijalankan terkait hal ini, antara lain:
- Asset Tracking
- Penghematan bahan bakar oleh driver
- Pengurangan idle time
- Implementasi kendaraan rendah atau nol emisi
- Car Sharing
- Fleet Cards
Dalam penggunaan Fleet Card, Anda dapat menggunakan Shell Card yang memanfaatkan teknologi untuk mendukung bisnis terus berkembang maju dan mencapai tujuan utamanya dengan tetap berbasis pada lingkungan.
Dengan kehadiran kehadiran Shell Card, Anda dapat mengontrol pemakaian BBM mobil operasional lebih efisien dengan sistemnya yang menekankan sistem anti fraud.
Shell menghadirkan solusi pengisian bahan bakar yang optimal di seluruh SPBU kami dengan bensin yang dapat meningkatkan penghematan bahan bakar hingga 3%, memungkinkan Anda menempuh jarak lebih jauh dengan konsumsi bensin yang lebih hemat.
Seperti yang diketahui pengisian BBM kadang menjadi salah satu hal yang paling sulit dikontrol dan berakhir pada kerugian. Padahal dengan mengontrol pemakaian BBM, sebuah perusahaan bisa menghemat biaya hingga 80%.
Tidak hanya efisiensi bahan bakar dengan menggunakan Shell Card, Anda juga bisa menghemat waktu administrasi. Shell Card dilengkapi dengan juga dilengkapi dengan berbagai tools yang akan memudahkan Anda untuk melakukan pengelolaan aset dan manajemen keuangan perusahaan.
Mulai dari menarik laporan pemakaian bulanan bahkan harian dengan cara yang mudah hingga keleluasan mengontrol armada yang Anda miliki. Shell Card menawarkan berbagai macam fleksibilitas untuk mengatur armada mulai dari dimana pom bensin Shell yang bisa digunakan hingga pembatasan pada plat nomor mobil atau hari dan juga waktu.
Dengan implementasi fleet management seperti ini, perusahaan dapat lebih mudah dalam melakukan kontrol budget bahan bakar lebih efisien, pengalokasian dana, efisien, menganalisa transaksi bahan bakar, minimalisasi waktu administrasi, mengurangi kelalaian pegawai dalam proses pelaporan yang lebih aman dan mudah.
Semua hal inilah yang menjadi bagian dari pengurangan emisi karbon dalam proses Carbon Asset Management, sehingga perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan maksimal, tapi juga ikut serta menjaga keberlangsungan hidup dan masa depan planet bumi.
[2] https://www.epa.gov/energy/greenhouse-gases-equivalencies-calculator-calculations-and-references
[3] https://research.aimultiple.com/carbon-footprint-calculation/#1-identify-business-operations
[4] https://www.carbon.solarhub.id/
[5] https://climateseed.com/blog/why-measure-your-carbon-footprint