Namun, bukan berarti tantangan bagi perempuan untuk memaksimalkan potensi dan berprestasi telah hilang sepenuhnya. Di International Women’s Day (IWD) atau Hari Perempuan Sedunia, 8 Maret tahun ini yang bertema #ChoosetoChallenge, Shell Indonesia mengajak para perempuan Indonesia untuk semakin berani dan tangguh dalam menjalani berbagai perannya dan mengejar mimpi di tengah berbagai tantangan yang ada.

“Berani” dan “Tangguh” adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan para perempuan yang kami temui di kompetisi inovasi mobilitas hemat energi Shell Eco-marathon (SEM). Sejak tahun 2010, SEM mengajak generasi muda untuk menjawab tantangan energi masa depan dengan mendesain, membangun, dan menguji kendaraan hemat energi karya mereka, dan mencari solusi mobilitas dengan berbagai inovasi. Diantara mereka adalah Raziah Haniah (Zia), Lydia Rahmi (Lydia), dan Yasminda Lingin Haifa (Yasmin) dari Tim Wasaka Universitas Lambung Mangkurat (Banjarmasin); dan Ayu May Vitasari (May) dan Masruro (Ruro) dari Tim Semeru Universitas Negeri Malang (Malang). Menjadi seorang perempuan dalam sebuah tim di ajang kompetisi otomotif yang didominasi oleh laki-laki seperti SEM bukanlah hal mudah. Berbagai tantangan dan serba-serbi menarik mewarnai perjalanan mereka sejak awal bergabung, hingga ambil bagian dalam proses pengembangan mobil hemat energi di tim masing-masing.

Memperingati IWD, kelima perempuan tangguh ini berbagi pengalaman dan perspektif sebagai para perempuan yang berkompetisi di Shell Eco-marathon.

Apa arti Hari Perempuan Sedunia bagi kalian?

Lydia: Bagi saya, Hari Perempuan Sedunia adalah pengingat bahwa sebagai perempuan, saya selalu bisa menjadi diri sendiri dimanapun saya berada. Contohnya, di tim Wasaka, di tengah dunia otomotif yang didominasi oleh laki-laki, saya bisa hadir, berkontribusi dalam tim dan mengukir prestasi di sana.

Zia: Bagi saya, hari peringatan ini adalah hari penghargaan yang mempertegas bahwa perempuan juga bisa melakukan apapun yang laki-laki lakukan.

May: Hari Perempuan Sedunia itu bagi saya mengingatkan bahwa kita adalah para perempuan kuat yang bisa sama-sama berprestasi dan melengkapi dunia yang didominasi oleh laki-laki dengan kemampuan yang kita miliki.

Ruro: Buat saya, peringatan ini semakin membuka wawasan bahwa perempuan memiliki kebebasan dan hak yang sama dengan laki-laki untuk berprestasi di bidang apa saja.

Menurut kamu, apa tantangan yang dihadapi oleh perempuan untuk meraih sukses di zaman sekarang?

Lydia: Beradaptasi di tengah lingkungan yang didominasi oleh laki-laki adalah hal yang terkadang masih menjadi tantangan bagi saya. Ritme dan kebiasaan kerja kami terkadang berbeda. Misalnya, di tim Wasaka kami bisa kerja dari pagi hingga pagi lagi. Bagi laki-laki, itu hal yang biasa, tapi bagi saya, hal itu malah melahirkan anggapan yang kurang baik dari lingkungan sekitar.

Zia: Bagi saya, tantangan-tantangan yang ada seharusnya sudah tidak relevan bagi perempuan karena saat ini banyak kesempatan terbuka di berbagai bidang, dan semua tergantung seberapa kuat motivasi kita untuk terus maju dan sukses.

Ruro: Tantangan paling besar dan paling sering saya lihat adalah bahwa masih ada anggapan bahwa laki-laki itu lebih unggul daripada perempuan, terutama di bidang teknik yang saya tekuni saat ini. Tapi, saya menghadapinya dengan terus berusaha untuk menunjukkan bahwa saya juga bisa bersaing dengan kemampuan yang saya miliki.

May: Saya merasakan banyak tantangan. Tapi, ya harus bisa terus meningkatkan dan menunjukkan skill yang dimiliki, khususnya di bidang teknik dan perindustrian. Laki-laki biasanya sudah memiliki ilmu dasarnya karena sebelumnya bersekolah di SMK, sementara sebagai perempuan keahlian dasar saya masih jauh di belakang. Saya semakin terdorong untuk meningkatkan keahlian karena saya yakin bahwa apapun yang kita inginkan pasti membutuhkan keahlian yang baik agar bisa sukses.

Apakah ada stereotip tentang perempuan yang pernah kamu dengar atau alami?

Zia: Sangat ada. Di 2019, saya menghadapi banyak penolakan ketika pertama kali ingin bergabung ke tim Wasaka hanya karena saya seorang perempuan. Banyak yang menganggap bahwa sepertinya kurang pantas saya bergabung di tim yang didominasi laki-laki.

Lydia: Mungkin karena saya bergabung dengan tim Wasaka setelah Kak Zia sudah ada di sana, saya tidak mengalami penolakan atau komentar kurang nyaman seperti yang Kak Zia alami. Lingkungan kampus sudah terbiasa dengan kehadiran Kak Zia sebagai anggota perempuan tim Wasaka dan itu membuka jalan bagi saya dan perempuan lain yang ingin bergabung.

Ruro: Dalam berhubungan dengan berbagai pihak di luar tim, seperti ketika menangani pengajuan proposal sponsor, saya sering dipandang sebelah mata sebagai anggota teknis di tim. Saya sering mendengar komentar bahwa perempuan sebaiknya mengurus administrasi saja, bukan bagian teknis.

May: Karena saya berkuliah di jurusan Teknik Mesin yang didominasi mahasiswa laki-laki, kadang saya agak terganggu dengan fakta bahwa para mahasiswa perempuan biasanya dijadikan sasaran untuk hal-hal administratif, seperti menghubungi dosen atau semacamnya. Sementara itu, kami selalu dinomorduakan dalam hal teknis seperti praktikum.

Sebagai peserta SEM, bagaimana pendapatmu tentang partisipasi perempuan dalam kompetisi otomotif tersebut?

Zia: Secara pribadi, saya selalu menganggap bahwa perempuan yang ada di ajang kompetisi SEM itu keren. Karena saya sendiri tahu perjuangan dan tantangan yang mereka hadapi itu seperti apa, karena saya merasakan sendiri.

Lydia: Saya melihatnya “Wow!” atau takjub. Bagi saya, perempuan yang bisa ikut serta di bidang otomotif sampai berlomba di SEM itu adalah wanita-wanita pilihan.

Ruro: Ketika bertemu anggota tim lain yang perempuan, saya merasa seperti mendapatkan teman baru yang senasib.

May: Tentunya kagum, apalagi ada beberapa tim lain yang memiliki driver perempuan untuk mobil listrik mereka. Saya pikir, “Wah kok bisa ya?”. Artinya, perempuan juga bisa melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki.

Apa yang membuat kamu memilih untuk berpartisipasi dalam SEM?

Lydia: Karena saya ingin menambah wawasan. Saat ini, saya berkuliah di jurusan Teknik Kimia yang sama sekali tidak ada ilmu tentang ilmu teknik, dan saya berminat di pengembangan mobil hemat energi. Saya ingin membuktikan bahwa kemampuan yang saya miliki tidak hanya di kimia saja, tetapi juga di teknik permesinan.

Zia: Saya pribadi memang memiliki cita-cita untuk mengikuti dan berprestasi di ajang kompetisi internasional, terutama Shell Eco-marathon yang sering saya baca dan dengar di kampus. Shell Eco-marathon itu keren sekali di mata saya. Dengan bergabung di tim Wasaka, saya berharap bisa mengembangkan kemampuan dan mengukir prestasi di Shell Eco-marathon.

Ruro & May: Meskipun ada berbagai tantangan dan hambatan yang kami temui, kenyamanan dan kerja sama yang kami rasakan di tim Semeru membuat kami selalu bersemangat dan yakin untuk bisa berprestasi.

Dunia teknik dan otomotif sering dianggap sebagai dunia laki-laki. Adakah hal yang membuat kamu khawatir atau ragu untuk masuk ke dunia itu?

Zia: Jujur saja, pandangan negatif dari orang-orang di sekitar saya sampai saat ini masih cukup mematahkan semangat. Apalagi saya bukan berasal dari jurusan Teknik Mesin seperti anggota tim Wasaka lainnya. Namun, saya punya keinginan besar untuk berprestasi di Shell Eco-marathon, sehingga saya terus menyemangati diri sendiri.

Lydia: Kekhawatiran utama muncul karena respon dari keluarga saya tentang keikutsertaan di tim Wasaka ini. Kegiatan tim yang seringkali mengharuskan saya pulang malam membuat orang tua saya cukup menentang pada awalnya.

Apa tantangan yang kamu rasakan dalam berpartisipasi di SEM sebagai seorang perempuan?

Zia: Tantangan terbesar datang dari diri saya sendiri, yaitu rasa takut. Alasannya karena ikut SEM adalah suatu hal besar bagi saya, bahkan untuk berpartisipasi dalam lomba-lomba dalam negeri saja sudah sulit.

Lydia: Saya merasakan adanya ekspektasi dari teman-teman satu tim untuk terus berinovasi karena sebagai perempuan saya sering dianggap lebih kreatif dan banyak ide. Jadi, tantangan paling utama yang saya rasakan adalah bagaimana caranya memenuhi ekspektasi tersebut.

Ruro: Saya adalah satu-satunya perempuan di bagian teknis dalam tim Semeru, dan hanya saya yang menangani masalah kelistrikan mobil dalam tim. Terkadang, saya merasa mungkin ada yang meragukan kemampuan saya, tapi saya tidak begitu mempedulikannya dan cukup fokus berkarya saja.

May: Sampai saat ini saya tidak merasakan tantangan berarti sebagai perempuan di tim Semeru, mungkin itu karena lingkungan dalam tim yang tidak membedakan antara anggota laki-laki dan perempuan.

Apa yang bisa kita lakukan untuk menciptakan kesetaraan dan memberdayakan perempuan?

Zia: Saya pribadi berusaha menciptakan kesetaraan dengan menunjukkan kemampuan saya di bagian teknis tim Wasaka. Seperti semangat R.A. Kartini, bahwa perempuan juga bisa sejajar dengan laki-laki.

Lydia: Untuk menciptakan kesetaraan, perempuan harus bisa menampilkan diri dan berprestasi sambil tetap menempatkan dirinya dengan baik. Kita harus percaya bahwa perempuan itu bisa, perempuan itu mampu.

Yasmin: Sebenarnya, semua berawal dari lingkungan rumah. Kita tidak boleh membeda-bedakan mana yang menjadi pekerjaan laki-laki dan mana yang pekerjaan perempuan. Dengan begitu, perempuan juga terbiasa dan bisa menunjukkan bahwa tidak masalah jika perempuan melakukan pekerjaan laki-laki.

Ruro: Agar kesetaraan tercapai, kita jangan ragu untuk terus belajar. Jangan berpikir kalau perempuan itu di bawah laki-laki derajatnya. Semua orang diberikan 24 jam yang sama setiap hari, jadi kita semua punya waktu yang sama untuk belajar dan berprestasi. Jangan malu untuk menunjukkan kalau kita mampu melakukan sesuatu, karena saya sering melihat teman-teman perempuan sering merasa minder.

May: Menurut saya, kuncinya adalah kesempatan yang sama. Laki-laki dan perempuan harus diberikan kesempatan yang sama agar bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman. Dengan begitu, garis start untuk berprestasi akan setara.

Apa pesan yang ingin kamu bagikan ke para perempuan lain dalam rangka Hari Perempuan Internasional?

Zia: Jangan takut untuk melakukan hal-hal yang kalian suka. Mungkin akan ada pendapat atau komentar orang lain yang kurang mengena di hati, tapi sebaiknya tidak usah terlalu dipikirkan selama yang kalian lakukan itu tidak salah.

Lydia: Pantang menyerah. Sebagai perempuan, kita punya kemampuan adaptasi yang baik, kita pasti bisa menempatkan diri di manapun. Selalu ingat kalau perempuan dan laki-laki itu setara dalam mengejar mimpi dan mengembangkan diri, jadi jangan takut untuk terus belajar dan berjuang.

Yasmin: Untuk teman-teman perempuan di luar sana, beranilah untuk mencoba menjalani sesuatu yang disukai. Kenali diri, potensi, dan kemampuan yang kita miliki lalu berjuang untuk mencapai mimpi kita.

Ruro: Jangan takut untuk menjadi berbeda, jangan takut untuk show up dan menunjukkan kemampuan diri. Lalu, kita juga harus yakin atas kemampuan yang kita punya.

May: Walaupun kita berbeda dari laki-laki, perempuan juga memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki laki-laki. Perempuan itu sangat hebat, walau mungkin di Indonesia yang masih kental dengan budaya patriarki membuat kehebatan kita agak tertutupi. Pokoknya, jangan mau kalah dari laki-laki. Untuk teman-teman perempuan yang ada di bidang teknik seperti saya, kalian adalah perempuan hebat. Tetaplah berkarya dan berprestasi sambil tetap menjaga martabat kita sebagai perempuan.