Jakarta,14 Agustus 2018PT Shell Indonesia menyelenggarakan Shell Scenario Forum, sebuah forum yang memperkenalkan skenario terbaru Shell yakni “SKY”, yang menggambarkan sebuah visi masa depan dimana masyarakat bersama-sama membantu mewujudkan terciptanya dunia bebas emisi di tahun 2070. Shell Scenario Forum dibuka oleh Darwin Silalahi, Country Chairman dan Presiden Direktur PT Shell Indonesia, dan menghadirkan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman  untuk menyampaikan pidato sambutan serta Dr Cho-Oon Khong, Chief Political Analyst, Shell Scenario Team – Royal Dutch Shell sebagai pembicara utama.

“Scenario Forum ini bertujuan untuk memperkaya pemikiran kritis para pemimpin dan pengambil keputusan dalam memahami segala peristiwa yang mungkin terjadi dan ketidakpastian sebagai upaya mencapai dunia rendah karbon melalui skenario Sky. Shell telah menjadi pelopor dalam mengembangkan skenario yang digunakan untuk mengeksplorasi masa depan dan memperdalam pemikiran strategisnya selama hampir 50 tahun. Hal ini memungkinkan dilakukannya sebuah diskusi terbuka tentang upaya, tantangan dan kesempatan yang dapat digunakan oleh masyarakat, pasar dan pemerintah dalam mencapai sasaran Paris Agreement, “ jelas Darwin Silalahi, dalam pidato pembukaannya.

Dalam forum yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan; pemerintah, mitra bisnis, konsumen, pemimpin media dan karyawan senior Shell, Darwin menegaskan kembali peran signifikan yang ingin dijalankan oleh Shell untuk membantu kemajuan pembangunan negara di bawah kampanye ‘Shell untuk Indonesia’. “Masa depan dengan net-zero emissions akan mungkin terjadi apabila kita dapat membangun pemahaman dan tindakan bersama antara sektor publik-swasta, dan berkolaborasi lintas sektor,” tambahnya.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dalam sambutannya mengatakan, “Kami menyambut baik visi Shell melalui sebuah skenario yang dapat membantu dunia, termasuk Indonesia, dalam mencapai Paris Agreement untuk menahan peningkatan suhu rata-rata bumi di bawah 2 derajat Celsius.”  Menurutnya, Indonesia memiliki komitmen dalam memenuhi Paris Agreement melalui berbagai upaya, antara lain penurunan emisi gas rumah kaca nasional, pengurangan emisi dari asap kebakaran hutan dan lahan, pengembangan energi terbarukan (EBT) dan inisiasi industri hijau. Melalui upaya yang dilakukan, dalam rentang waktu dua tahun, Indonesia berhasil mengurangi emisi sektor energi sebesar 46,31 juta ton, melampaui target 31 juta ton.

Selama lebih dari dua dekade, pemikiran Skenario Shell telah memasukkan isu perubahan iklim. Shell New Lens Scenario, 'Gunung (Mountains)' dan 'Lautan (Oceans)', mengeksplorasi dua cara pandang abad ke-21. Keduanya mengambil isu-isu global yang mendesak seperti ketegangan politik, globalisasi, urbanisasi, dan aksi iklim, dan menggunakannya sebagai lensa untuk melihat bagaimana dunia bisa berkembang. Akan tetapi hasil dari dua skenario tersebut menggambarkan pencapaian net-zero emission di akhir abad, artinya skenario tersebut gagal mencapai sasaran suhu Paris Agreement (untuk membatasi kenaikan suhu rata-rata global abad ini hingga di bawah 2 ° C dibandingkan  tingkat di masa pra-industri).

Cho-Oon Khong, Chief Political Analyst, Shell Scenario Team mengatakan “Skenario Sky dibangun berdasarkan beberapa skenario Shell sebelumnya dan merupakan sebuah jalur yang memungkinkan secara teknologi, industri dan ekonomi mencapai tujuan-tujuan Paris Agreement. Sky merupakan skenario yang paling kami yakini untuk tercapainya emisi CO2 nol persen di tahun 2070.”

Menurut Cho Khong, “Mulai saat ini hingga tahun 2070, tingkat elektrifikasi energi akan mencapai lebih dari tiga kali lipat, dengan jumlah pembangkit listrik global mencapai hampir lima kali lipat dibandingkan pada saat ini. Elektrifikasi akan mencapai 50% dari total konsumsi energi di akhir tahun 2070”.  Ia juga menambahkan, Sky pun memprediksi, setengah dari total penjualan mobil global akan didominasi kendaraan listrik di awal 2030, dan ini akan terus berlanjut hingga tahun 2050 dimana semua mobil di dunia telah menggunakan energi listrik. Di tahun yang sama (2050), beragam sumber energi baru juga akan tumbuh hingga 50 kali lipat dengan ketersediaan energi utama berasal dari energi terbarukan.

“Meskipun membawa berita gembira, skenario Sky tidak dapat menjamin tercapainya tujuan Paris Agreement tanpa adanya sinergi antara masyarakat, pasar dan pemerintah. Skenario ini menunjukan bahwa berbagai perubahan penting akan dicapai melalui langkah yang berbeda di lokasi yang berbeda.” ujar Cho Khong mengakhiri presentasinya.