Under The Hood with Bumi Siliwangi 4 Team
Cerita Tim Bumi Siliwangi 4 menjadi juara dalam Shell Eco-marathon 2019 dan menciptakan inovasi kendaraan hemat energi.
Ayo kita berjuang bersama. Buktikan bahwa kita ada, kita bisa. Harumkan bersama negeri ini!
Kusyandi, Manajer Tim
Tanpa diragukan, tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia adalah ‘sang juara bertahan’ yang selalu melaju kencang. Putra-putri kebanggaan Tanah Pasundan ini telah menorehkan berbagai prestasi di ajang Shell Eco-marathon sejak 2016. Dimulai dari menduduki posisi ke-dua pada kategori UrbanConcept baterai listrik, hingga mengantarkan tim Bumi Siliwangi 4 ke London untuk mengikuti Drivers’ World Championship (DWC). Dengan Turangga Cheta EV-3, mobil bertenaga baterai listrik menduduki juara pertama DWC 2016, mengalahkan kompetitor dari seluruh penjuru dunia.
Perjalanan belum berakhir, pada tahun 2018, Bumi Siliwangi 4 kembali menampilkan diri di SEM Asia dan merebut posisi ke-tiga dalam kategori baterai elektrik. Tahun berikutnya, Turangga Cheta EV7 UrbanConcept Battery Electric kembali membawa pulang predikat juara 3 di SEM Asia 2019, dengan angka capaian yang luar biasa, 164 km/kWh.
Terbukti bahwa Bumi Siliwangi memiliki dedikasi tinggi mengulik seluk-beluk mesin untuk menciptakan inovasi kendaraan hemat energi. Liputan mengenai kemenangan mereka juga tidak sulit ditemukan. Namun, bagaimana dengan kisah di balik layar keberhasilan Bumi Siliwangi?
Tim Bumi Siliwangi berbagi cerita mengenai lika-liku mengharumkan nama bangsa bersama SEM. Mulai dari tertidur di kelas, menumpu ekspektasi dari sekitar, hingga rela terjaga sepanjang malam.
Simak perjuangan Bumi Siliwangi menghadapi kerikil-kerikil dalam perjalanannya mengejar kecepatan yang tak terbatas.
Kusyandi (KUS), Manajer Tim, SEM Asia 2019
Frendy Kristiantoro (FK), Anggota, SEM Asia 2019
Rheihanita Noer (RN), Anggota Bumi Siliwangi
Tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia, berkompetisi dalam kategori Urban Concept - Battery Electric di Singapura 2018. (Shaun Tay/AP)
Apa cerita perjuangan Bumi Siliwangi yang sulit dilupakan sampai hari ini?
KUS: Mempertahankan (kemenangan) sangatlah berat bagi tim, kadang menjadi sebuah tekanan tersendiri. Namun berkat rasa ingin berkembang, maka tekanan tersebut menjadi sebuah motivasi tersendiri untuk terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas kendaraan. Banyak yang susah dilupakan, seperti 48 jam kerja tanpa tidur, masuk kuliah belum mandi, dan masih banyak lagi.
FK: Sedih, susah dan senang selalu bersama dengan tekad kuat serta kesungguhan hati yang tinggi untuk berjuang atas nama tim, universitas dan negara. Cerita saya sendiri adalah pengorbanan akademis, kadang sulit membiasakan diri dengan teman-teman di kelas, telat atau tertidur di kelas, dan cerita dimarahi dosen. Semua itu tidak akan terlupakan hingga akhirnya berhasil menunjukkan yang terbaik bagi diri kita sendiri.
RN: Mengerjakan job description hingga larut pagi. Namun karena itu pula, kami menjadi lebih dekat antar anggota, sehingga kerja sama tim dapat terjalin lebih baik karena saling terikat.
Adakah kesulitan dalam mengatur waktu dan tanggung jawab akademis?
KUS: Pasti ada. Alhamdulilah, semua civitas akademika UPI mendukung untuk terus berproses, sehingga mempermudah pembagian waktu dan tanggung jawab itu semua.
FK: Mengelola waktu dan tanggung jawab pasti sulit, kembali ke diri kita masing-masing, bagaimana mengatasi semua hal yang berkaitan dengan waktu serta akademis. Saya selalu tanamkan dalam diri saya, semua ini adalah perjuangan untuk diri sendiri dan orang tua.
RN: Mungkin sedikit. Kami sudah dibiasakan untuk mengatur dan membagi waktu antara kegiatan kompetisi Shell Eco-marathon dan akademis. Sehingga dua-duanya dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan yang terbaik.
Berkali-kali menyabet juara di SEM tentunya membanggakan. Bagaimana kamu dan tim mengatasi tekanan dan ekspektasi sebagai sang juara bertahan?
KUS: Mengubah tekanan menjadi motivasi agar menjadi lebih baik, terus berinovasi dan jangan menganggapnya sebagai beban. Hal yang membuat semangat dan alasan mengapa UPI bertahan sebagai juara adalah karena kami memproduksi kendaraan 100% sendiri. Mulai dari body, frame, electrical, controller dan lainnya. Timbul rasa cinta dan bangga dengan kendaraan itu.
FK: Menghadapi tekanan dari sekitar tentu tidak mudah, itulah yang menjadi evaluasi, target dan harapan kami untuk membuktikan diri dari segi proses maupun hasil. Apapun hasilnya itulah yang terbaik dari kerjasama tim.
RN: Tetap berusaha memberikan dan melakukan yang terbaik dari diri sendiri. Dalam prosesnya pun harus maksimal, meskipun harus mengorbankan waktu demi mengikuti kompetisi Shell Eco-Marathon.
Menghadapi pesaing-pesaing hebat dari berbagai belahan dunia pasti menciptakan ketegangan yang berbeda. Terlebih lagi tim kamu juga dianggap mewakili Tanah Air. Bagaimana kamu menghadapi tantangan tersebut?
KUS: Kami sadari tim Bumi Siliwangi tidak sebesar tim yang lain, kami hidup di bengkel dan workshop sangat kecil. Tapi, semua selalu berusaha membantu kami agar terus berusaha, meski dengan sarana dan prasarana seadanya. Kami juga selalu mengikuti perkembangan tim lain agar mampu menyusun strategi terbaik dan terus bisa bersaing.
FK: Tantangan pasti ada, perasaan pesimis juga ada. Namun kita selalu belajar dari setiap kelebihan maupun kekurangan tim. Meskipun tantangan SEM dan akademis sangat berat, tanpa disadari kami belajar mengelola diri sendiri, pantang menyerah serta selalu bersyukur.
RN: Kami berasal dari universitas berbasis pendidikan, sehingga harus bekerja keras untuk membuktikan bahwa kami mampu bersaing melawan kampus lain yang berbasis teknik.
Tim Bumi Siliwangi berkompetisi dalam kategori Urban Concept - Battery Electric di Singapura 2018. (Joe Nair/AP)
Bagaimana menurutmu SEM membantu mewujudkan perkembangan energi berkelanjutan dan terbarukan sekaligus mengembangkan potensi para insinyur kelas dunia di masa depan?
KUS: Berkat SEM, anak bangsa bisa turun langsung dalam bidang ini. SEM juga membantu mahasiswa menerapkan ilmu yang ada. Proses belajar pun menjadikan sebuah produk yang nyata, yang menurut saya diperlukan untuk menjadi insinyur kelas dunia.
FK: Sangat membantu dan berperan bagi masa depan teknologi Indonesia maupun dunia. Kita bisa saling belajar dari kompetisi SEM, sehingga menghasilkan inovasi dan ide untuk maju. Proses ini akan membuahkan hasil untuk teknologi mendatang, dimana setiap tahun perkembangan teknologi akan terus maju untuk persaingan dunia ke depannya.
RN: SEM menghasilkan inovasi baru dan terbarukan yang dapat diterapkan demi perkembangan energi berkelanjutan, sehingga memacu kami berpikir kritis untuk terus berinovasi.
Setelah pulang ke Indonesia, apa pelajaran paling berharga yang kamu dapatkan dalam berpartisipasi di SEM?
KUS: Materi bukan segalanya, namun tekad dan motivasi kuat untuk terus menjadi lebih baik merupakan yang paling penting. Saya sangat menjaga semangat untuk terus memajukan inovasi kendaraan ramah lingkungan di Tanah Air.
FK: Satu pelajaran yang paling berharga adalah selalu bersyukur pada diri kita sendiri. Saya sangat bangga, terutama kepada orang tua yang telah berjuang dan berdoa sehingga saya bersemangat melakukan yang terbaik bagi diri sendiri dan kemajuan bidang industri otomotif.
RN: Saya belajar lebih menghargai waktu, karena waktu tidak bisa diulang dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Saya bangga dan selalu semangat terus melakukan riset, berinovasi dan berkontribusi menciptakan energi ramah lingkungan di masa depan.
Apa pesanmu untuk anak muda bangsa Indonesia yang memiliki semangat mengharumkan nama negara, ataupun berminat mengikuti kompetisi SEM?
KUS: Ayo kita berjuang bersama. Buktikan bahwa kita ada, kita bisa. Harumkan bersama negeri ini!
FK: Kepada anak muda Indonesia, tanyakan pada diri sendiri, apa yang akan kita hasilkan untuk negara, bukan apa yang negara hasilkan untuk diri kita.
RN: Lakukan dan berikan yang terbaik dari apa yang dimiliki. Jika telah memberikan yang terbaik, kita akan tetap merasa bangga meskipun hasil tidak selalu sesuai dengan ekspektasi yang diinginkan.
Baca Juga
Under The Hood with Antasena, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Konsistensi dalam membawa kendaraan hemat energi ke hadapan dunia.
Under The Hood with Garuda UNY Eco Team, Universitas Negeri Yogyakarta
Cerita di balik tim yang membawa kegigihan dan inovasi energi paling efisien.